Besok Umat Hindu Merayakan Galungan, Berikut Makna Hari Raya Galungan Selengkapnya

Foto: Getty Images/Ali Trisno Pranoto
Newestindonesia.com – Bali, Di tahun 2023 yang baru ini, Pada awal bulan masyarakat Hindu di Indonesia merayakan hari raya Galungan dan Kuningan. Galungan dan Kuningan secara umum yang diketahui masyarakat yang merayakannya beberapa hari sebelumnya menyiapkan segalanya yang akan dihaturkan pada persembahyangan.
Hari raya Galungan dan Kuningan dirayakan setiap 210 hari atau 6 bulan berdasarkan hitungan Kalender Bali, Besok adalah hari raya Galungan, Kemudian 10 harinya lagi adalah hari raya Kuningan.
Hari ini sebelum hari raya Galungan, Masyarakat Hindu merayakan Penampahan Galungan dengan memotong babi untuk dibuat lauk pauk berupa gorengan, soup, dan lawar. Selain itu, Mereka juga membuat berupa sesajen dari janur berisi buah – buahan yang akan dihaturkan pada persembahyangan dan beberapa sampian gantung yang dibuat dari janur (busung). Pada video di YouTube Gek Cantik Sobat Newest bisa melihat bagaimana wanita Bali membuat “Sampian Gantung” yang berbahan dari Janur yang sebagai perlengkapan Hari Raya Galungan.

Filosofi Galungan
Mengutip halaman resmi PHDI, Pada saat Galungan (Budha kliwon Dungulan) umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua manifestasi Beliau (Prabhwa Siva), Juga Bhatara-Bhatari, Deva-Devi serta pitara dan pitari yang suci. Karena Beliaulah yang menuntun kita sekalian. Beliau pula memberikan jalan dharma itu. Saat Galungan suguhan sesajen atau upakara sesuai yang telah ditentukan. Persembahan tumpeng, banten kurenan ,punjung, penyeneng, rayunan, gebogan, dan lainnya merupakan wujud rasa bhakti umat Hindu menuju kesempurnaan yang sejati.

Makna Teologi Galungan
Perayaan Galungan oleh umat Hindu di Indonesia adalah berdasarkan pawukon perhitungan antara sistem wewaran terutama panca wara (lima hari : Umanis, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) dengan sapta wara (tujuh hari : Redite, Soma, Anggara, Budha, Wraspati, Sukra, Saniscara,) dengan sistem wuku (yang jumlahnya tiga puluh wuku sesuai sistem kalender Hindu, dari wuku sinta sampai wuku Watugunung). Dengan demikian bahwa perayaan Galungan oleh umat Hindu dirayakan setiap enam bulan sekali setiap Budha Kliwon Dungulan atau setiap dua ratus sepuluh hari (210) sekali. Kata Dungulan sama maknanya dengan kata Galungan.
Memperhatikan rangkaian (eed) dari perayaan Galungan. Paling tidak dimulai sejak wuku Wariga sebagai awal persiapan perayaan Galungan dan sampai pada wuku Pahang sebagai batas akhir perayaan Galungan. Menurut I Nyoman Dayuh (2003:32) bahwa persiapan perayaan hari raya Galungan dimulai sejak Tumpek Wariga disebut juga Tumpek Bubuh, pada hari tersebut umat memohon kehadapan Sang Hyang Sangkara, dewanya tumbuh-tumbuhan, agar Beliau menganugrahkan supaya hasil pertanian meningkat.
Ki Nirdon (1987:31) bahwa pada Senin Pahing Warigadean persembahan dihaturkan kepada Bhatara Brahma dan Ibu Pertiwi. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali yang jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang dan Jumat Kliwon Sungsang pada prinsipnya adalah hari penyucian diri. Oleh karenanya ciri khas hari ini adalah dibuatnya upacara untuk memohon tirtha gocara dan tirtha pengelukatan. Memahami makna Sugihan dari kata sugi (masugi) artinya bersih atau pembersihan diri melalui tirtha (air suci) bahwa yang dimuliakan adalah dewanya air yakni Dewa Wisnu sebagai pemelihara (sthiti) umat dan alam semesta beserta segala isinya agar tetap suci dan rahayu secara lahir dan batin.
Writer & Editor: DAW