Makna Hari Raya Suci Nyepi Untuk Umat Hindu Bali

Foto: iStockphoto/Rudy Widjaja
Newestindonesia.com – Bali, Hari raya Nyepi yang datang setiap tahun tepatnya pada bulan Maret umat Hindu Bali akan merayakan hari raya tersebut. Di tahun 2023 ini hari raya Nyepi tahun baru saka 1945 tepat pada tanggal 22 Maret 2023.
Hari raya tersebut dirayakan dengan tidak bepergian serentak di seluruh Bali dengan pada hitungan 24 jam, Jadi hari raya Nyepi tersebut usai pada tanggal 23 maret 2023 pada pukul 06.00 WITA.
Satu hari sebelum hari raya Nyepi berlangsung, Akan ada namanya Pengerupukan yang dimana memang ada pawai Ogoh – Ogoh di Bali pada sore menjelang malam hari. Namun tidak hanya di Bali saja, Di luar Bali pun hingga di luar negeri pun ada pawai Ogoh – Ogoh di beberapa wilayah negara. Sebelum mengarak Ogoh – Ogoh, akan ada upacara yang bernama Tawur Agung Kesanga. Upacara tersebut memiliki makna yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam. Yadnya ini dilaksanakan untuk kesejahteraan alam. Keseimbangan dan keselarasan alam menjadi fokus utama selama hidup di dunia.
Disaat hari raya Nyepi berlangsung, Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang memiliki arti empat pedoman yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai wujud pengendalian diri dan mawas diri dengan empat pedoman: amati Geni, amati lelanguan, amati karya, dan amati lelungaan. Berikut empat makna tersebut seperti dilansir NewestIndonesia.com melalui halaman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI):
1. Amati Geni
Amati geni mempunyai makna ganda yaitu tidak melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan menghidupkan api. Disamping itu juga merupakan upaya mengendalikan sikap prilaku agar tidak dipengaruhi oleh api amarah (kroda) dan loba (serakah). Menurut Tattwa Hindu (filsafat) yang memaknai simbol Geni tidak disimbolkan sebagai kekuatan dewa Brahma yang sebagai pencipta. Penciptaan yang terkait dengan hasil pemikiran seseorang disini perlunya diadakan perenungan, apakah kita sudah menghasilkan pemikiran untuk kebaikan umat ataukah sebaliknya. Pernyataan tersebut terungkap dalam berbagai Pustaka Suci Hindu yang mengatakan bahwa “Keunggulan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, terletak pada proses pemikiran seseorang yang dapat membedakan sikap prilaku yang baik dan buruk (Sarasamuscaya: sloka 82). Alat kendali proses berpikir yang paling utama menurut ajaran Hindu adalah keyakinan terhadap karmaphala (Sarasamuscaya, sloka 74). Mengacu pada etika Berata Penyepian di atas sudah nampak pelaksanaan amati Geni merupakan suatu simbol pengendalian diri seseorang dalam bersikap dan berprilaku.
2. Amati Lelanguan
Amati Lelanguan yang dimaksud merupakan kegiatan seseorang untuk mulat sarira atau mawas diri terhadap kegiatan yang berkaitan dengan wacika. Wacika adalah perkataan yang benar yang dalam beriteraksi dengan sesamanya maupun dengan Tuhan sudah dilaksanakan atau belum. Menurut tattwa Hindu dalam pustaka suci yang terungkap dalam Sarasamuscaya dan Kekawin nitisastra mengajarkan sebagai berikut: (1) kata-kata menyebabkan sukses dalam hidup; (2) kata-kata menyebabkan orang gagal dalam hidup; (3) kata-kata menyebabkan orang mendapat hasil sebagai sumbu kehidupan; dan (4) kata-kata menyebabkan orang memiliki relasi. Mengacu pada pemikiran diatas manusia Hindu telah diajarkan agar tetap melaksanakan wacika yang diparisudha yang artinya : (a) proses interaksi sosial (komunikasi) tidak boleh berkata kasar, mencaci maki dan juga tidak boleh menyebabkan orang tersinggung dan menderita (Sarasamuscaya; Sloka 75), Uraian di atas memberikan kita suatu pelajaran bahwa perkataan (wacika) yang diparisudha itulah yang patut dipahami dan menata sikap prilaku seseorang agar hidup ini aman dan bahagia.
3. Amati Karya
Amati Karya sebagai etika Nyepi yang bermaknakan sebagai evoluasi diri dalam kaitan dengan karya (kerja) merenung hasil kerja dalam setahun dan sebelumnya sudahkah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Aktualisasi amati karya dalam konteks hari raya merupakan perenungan pikiran yang religius yang mengajarkan umat Hindu dalam evaluasi hasil kerja sebagai berikut: (1) sisihkan hasil kerja untuk yadnya, untuk Hyang Widhi, resi, leluhur maupun untukbudhi. Hal tersebut tertera dalam pustaka suci Atharwa weda III.24.5 dan Sarasamuscaya Sloka 262, yadnya itu juga merupakan implementasi dari ajaran Tri Rna. Diajarkan pula melalui yadnya dapat terjadi proses penyucian diri manusia baik secara rohani maupun jasmani.
Amati karya bermakna ganda yang artinya tidak bekerja dan dimaknai sebagai kesempatan untuk mengevaluasi kerja kita apakah aktivitas kerja itu sudah berlandaskan dharma atau sebaliknya. Kerja yang baik (Subha karma) dapat menolong manusia untuk menolong dirinya dari penderitaan. Kerja juga menyebabkan terjadinya Jagadhita dan merupakan tabungan moral bagi umat Hindu agar bekerja lebih gigih, tekun dan produktif. Berdasarkan uraian diatas ajaran suci Hindu memandang bahwa kerja sebagai yadnya dan titah Hyang Widhi; kerja dapat menolong diri sendiri dan kerja dapat menentukan identitasnya. Aku bekerja, maka aku ada demikianlah yang diamanatkan oleh umat Hindu.
4. Amati Lelungaan
Amati lelungaan merupakan salah satu dari empat berata Penyepian yang berfungsi sebagai evaluasi diri dan sebagai sumber pengendalian diri. Amati lelungaan berarti menghentikan bepergian ke luar rumah, maka pada saat hari raya Nyepi, jalan raya sangat sepi. Dalam konteks yang lebih luas hal itu berarti suatu evaluasi diri. Evaluasi kerja hubungan dengan Tuhan; evaluasi kerja hubungan dengan sesama dan hubungan kerja dengan alam sekitar apakah hubungan tersebut sudah baik atau belum, sehingga kita dapat menilai hasil kerja kita se-obyektif mungkin. Mutu meningkat untuk kebaikan atau merosot, langkah selanjutnya bisa menentukan sikap. Diharapkan agar lebih memantapkan kualitas kerja untuk kualitas hidup manusia.
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, pembahasan mengenai Makna Etika Upacara Nyepi bagi Pengendalian Diri adalah sebagai berikut:
1. Hari raya Nyepi merupakan salah satu hari raya yang dapat digunakan sebagai penentu jatidiri umat Hindu karena hanya hari raya inilah yang diikuti oleh pemerintah.
2. Catur Berata penyepian merupakan etika hari raya Nyepi yang dapat digunakan sebagai evaluasi diri ataupun pengendalian diri.
3. Aspek theologi hari raya Nyepi merupakan pengejawantahan dari moral religius umat Hindu yang mampu.
4. Catur Berata penyepian merupakan perenungan untuk evaluasi kerja kita minimal setahun dan mampu untuk pengendalian pikiran dan pengen-dalian diri.
5. Kemampuan untuk pengendalian diri berarti perlu suatu jalan untuk dapat mengatasi permasalahan hidup, jalan untuk penyucian manacika, wacika, dan kayika akhirnya mampu mewujudkan Jagadhita ya ca iti dharma.
Writer & Editor: DAW