Direktur Jenderal Organisasi Keamanan dan Intelijen Australia (ASIO), Mike Burgess, mengumumkan penurunan ancaman teror tersebut, Senin sore (28/11).
Tapi, ia mengakui pihaknya terus fokus pada meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh campur tangan asing dan kegiatan spionase.
“Setelah pertimbangan dan konsultasi yang teliti, ASIO menurunkan tingkat ancaman terorisme nasional Australia menjadi ‘mungkin’,” kata Mike kepada wartawan di Canberra.
“Meski Australia tetap menjadi target potensial teroris, ada lebih sedikit [kelompok] ekstremis yang berniat melakukan serangan darat dibandingkan tahun 2014,” tambahnya.
“Kegiatan spionase dan campur tangan asing menggantikan terorisme sebagai masalah mendasar keamanan negara kita,” kata Mike.
“Tapi tentu saja terorisme akan tetap menjadi prioritas kantor saya,” tambahnya.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan mendukung keputusan ASIO.
“Saya mempercayai sepenuhnya badan keamanan kita,” katanya.
Partai Koalisi Liberal dan Nasional, sebagai pihak oposisi pemerintah Australia, juga menyambut baik langkah ASIO.
Senator James Paterson dari Partai Liberal menyebut ASIO telah mengakui upaya pemerintah sebelumnya dalam membantu mengurangi ancaman teror.
“ASIO memiliki alat dan kekuatan serta sumber daya yang mereka butuhkan untuk mengatasi ancaman ini dan juga perubahan yang lebih luas dengan jatuhnya ISIS,” katanya.
ASIO menyebut ada 11 serangan terorisme di dalam negeri Australia sejak 2014 dan 21 rencana teror signifikan yang “terdeteksi dan berhasil digagalkan”.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang dapat dibaca selengkapnya di sini.