Newestindonesia.com – Jakarta, Kasus infeksi Covid-19 varian Omicron di Indonesia tengah menjadi kekhawatiran di masyarakat karena penyebarannya yang cepat. Meski banyak ahli menyebut kalau gejala Omicron ringan, namun pencegahan dengan protokol kesehatan adalah yang utama.
Lalu, bagaimana kalau ketahuan kontak dengan orang yang positif covid-19? Tes apa yang harus dilakukan, harus PCR atau cukup antigen saja?
Mengutip Healthline, tes antigen berguna bagi mereka yang tidak menunjukkan gejala atau memiliki gejala ringan tetapi mungkin telah terpapar COVID-19.
Spesialis penyakit menular di New York-Presbyterian Medical Group Brooklyn, Dr. Ting Ting Wong, mengatakan jika pasien tidak menunjukkan gejala dan ingin menguji apakah mereka telah terpapar Covid, mereka dapat melakukan dua kali tes antigen dengan jarak 5 hari. Jika keduanya negatif dan Anda tetap tidak bergejala, itu merupakan indikasi bahwa Anda benar-benar tidak memiliki COVID-19.
Tetapi jika pasien mulai menunjukkan gejala, dan tes antigen kembali negatif, tindakan terbaik adalah mengkonfirmasi ulang dengan tes PCR. Tes antigen negatif tidak berarti Anda tidak akan menularkan virus.
“Tes antigen melewatkan sekitar sepertiga dari infeksi yang sebenarnya,” kata dokter Wong. “Jika hasil tes antigen negatif (padahal ada gejala), mungkin tes itu tidak cukup sensitif untuk mendeteksi virus sebenarnya di dalam tubuh.”
Meski lebih akurat dibanding antigen, tes PCR juga memiliki kekurangan. Profesor di Divisi Penyakit Menular, Vanderbilt University Medical Center, Dr. William Schaffner, mengatakan karena PCR dapat mendeteksi fragmen virus, atau potongan virus yang lebih kecil, maka hasil tes PCR dapat tetap positif selama berminggu-minggu, bahkan setelah seseorang sebenarnya sudah pulih dari Covid-19 dan sudah tidak menularkan virus. Sehingga, PCR kadang tidak ideal untuk menentukan akhir masa isolasi atau karantina.
Sederhananya, Anda sudah sepenuhnya pulih dari COVID-19 namun tes PCR menunjukkan Anda positif terkena virus. Kondisi ini bisa menyulitkan jika Anda ingin kembali bekerja, bepergian, atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Sementara, kekurangan dari antigen adalah level akurasinya yang lebih rendah dibanding PCR. “Tes antigen memiliki keuntungan yang jelas karena hasilnya bisa didapat dalam waktu 15 menit, tetapi sensitivitasnya tidak sebagus PCR. Artinya, Anda bisa dinyatakan negatif ketika masih mengeluarkan sejumlah kecil virus, ” kata Schaffner.
Misalnya, jika Anda melakukan tes sehari setelah kontak erat dengan pasien Covid, tes antigen tidak bisa mendeteksi virus. Sebab, belum ada cukup virus di hidung untuk mengubah tes menjadi positif.
Meski demikian, antigen berguna digunakan sebelum menghadiri rapat penting atau sekadar berkumpul dengan sahabat terdekat untuk memberikan rasa aman.
Sumber: CNBC Indonesia