
Photo: CNBC Indonesia
Newest Indonesia, Setelah dua tahun bergumul dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), Inggris akhirnya sudah muak. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson memutuskan untuk mencabut segala bentuk pembatasan sosial (sosial distancing) di Negeri John Bull. Inggris berdamai dengan virus corona. Negeri itu siap hidup berdampingan.
Berbicara di hadapan Parlemen Senin (21/2/2022) malam waktu Indonesia, PM dari Partai Konservatif itu memaparkan peta jalan (road map) untuk mengakhiri pembatasan sosial dan hidup dengan Covid-19. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris Raya) boleh menerapkan kebijakan sendiri.
“Covid-19 tidak hilang begitu saja, pemerintah tetap akan memantau berbagai mutasi varian yang mungkin saja berbahaya. Hari ini bukan harinya mendekralarasikan kemenangan terhadap Covid-19, karena virusnya belum pergi,” papar Johnson, seperti dikutip dari Reuters.
“Namun hari ini adalah hari di mana segala upaya kita dalam dua tahun terakhir telah memungkinkan untuk melindungi diri sendiri dan mencapai kebebasan. Ini adalah momen yang sangat membanggakan bagi bangsa kita.”
Hidup dengan Covid-19, lanjut Johnson, adalah tonggak di mana pandemi tidak lagi menjadi urusan pemerintah. Ke depan, adalah tanggung jawab masyarakat untuk bisa terhindar dari penularan virus corona. Move from government restriction to personal responsibility.
Mulai 24 Februari 2022, kewajiban karantina setelah hasil positif Covid-19 akan berakhir walau pemerintah tetap menganjurkan isolasi mandiri. Kontak erat seseorang yang positif mengidap Covid-19 juga tidak lagi wajib dites dan tidak perlu karantina. Pelacakan (tracing) juga tidak akan lagi dilakukan. Kecuali di tempat-tempat yang berisiko.
Konsekuensi dari kebijakan ini adalah pekerja tidak lagi berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah jika tidak bisa bekerja karena mengidap Covid-19, berlaku mulai 24 Maret 2022. Mulai 1 April 2022, pemerintah juga tidak lagi menyediakan tes gratis. Warga juga tidak perlu lagi untuk menunjukkan sertifikat vaksin jika akan bepergian.
‘Badai’ Omicron di Inggris Sudah Lewat

Seperti halnya negara-negara lain, Inggris juga terserang gelombang virus corona varian Omicron pada akhir tahun lalu hingga awal tahun ini. Varian tersebut membuat angka kasus harian mencapai rekor tertinggi, lebih dari 200.00o orang dalam sehari.
Namun sepertinya gelombang itu sudah terlewati. Pada 20 Februari 2022, angka kasus positif harian di Negeri Big Ben ‘tinggal 25.536 orang. Turun 90,52% dibandingkan puncak kasus harian pada 30 Desember 2021.
Angka kasus aktif pun terus merosot. Per 20 Februari 2022, jumlah kasus aktif tercatat 1.745.244 orang, terendah sejak 12 Desember 2021.
Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Jadi, kasus aktif menjadi gambaran situasi pandemi yang sesungguhnya di lapangan.

Soal vaksinasi, Inggris juga salah satu yang terbaik di dunia. Per 20 Februari 2021, sudah 77% populasi yang mendapatkan vaksin ant-virus corona. Terdiri dari 72% yang mendapatkan vaksin lengkap (dua dosis) dan 5,4% vaksin dosis pertama.

Jumlah populasi yang sudah menerima vaksin dosis ketiga (booster) di Inggris pun semakin banyak. Per 20 Februari, jumlahnya ada 56 juta orang, terbanyak keempat dunia.

Mungkin berbagai pencapaian itu yang membuat Inggris berani untuk memutuskan hidup bersama Covid-19. Tekanan yang sudah semakin berkurang dan vaksinasi yang sudah mumpuni menjadi bekal untuk meninggalkan segala bentuk pembatasan.
Bagaimana dengan Indonesia?

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah sudah saatnya pula Indonesia bersikap seperti Inggris dan mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM?
Seperti halnya Inggris, sejatinya kasus harian positif corona di Indonesia pun sudah dalam tren turun. Kementerian Kesehatan melaporkan kasus positif harian pada 21 Februari 2022 adalah 34.418 orang, terendah sejak 7 Februari 2022.
Puncak serangan varian Omicron di Tanah Air terjadi pada 16 Februari 2022, di mana kasus positif harian mencapai 64.718 orang. Dibandingkan dengan kemarin, sudah turun 46,82%.
Meski sudah turun, tetapi melandainya kasus positif harian di Indonesia sepertinya masih di tahapan awal, belum sedalam di Inggris. Ini terlihat dari angka kasus aktif yang masih bergerak naik.
Per 20 Februari 2022, jumlah kasus aktif adalah 536.358 orang. Ini adalah yang tertinggi sejak 31 Juli tahun lalu.

Oleh karena itu, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih bersikap hati-hati. Pemerintah masih memberlakukan PPKM, bahkan lebih ketat di sejumlah wilayah.
“Pemeritah belajar dari banyak negara lain untuk menentukan langkah terbaik untuk kita menangani pandemi. Meski negara lain sudah memberlakukan pelonggaran untuk transisi endemik seperti Inggris, Denmark, dan Singapura, tetapi kita tidak perlu latah. Kita lakukan transisi bertingkat dan berlanjut berbasis data indikator dan sosial-budaya serta menerapkan prinsip kehati-hatian,” papar Luhut Binsar Padjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali, kemarin.
CNBC INDONESIA