Tim evakuasi kedua yang dikirim KBRI Angkara, kata Judha, juga akan mengunjungi Adana untuk berkoordinasi dengan AFAD (Badan Penanggulangan Bencana Turki) mengenai kedatangan tim evakuasi yang akan terbang Sabtu (11/2) dan tim medis dari Indonesia akan terbang Senin pekan depan. Tim evakuasi terdiri dari 47 personel, sementara tim medis tersusun dari 105 orang.
Judha menjelaskan, pengiriman tim evakuasi dan medis tersebut atas permintaan pemerintah Turki, sementara pemerintah Suriah hanya mengajukan permohonan bantuan logistik saja. Sampai saat ini, menurut Judha, belum ada laporan mengenai warga Indonesia yang menjadi korban tewas atau luka akibat gempa di Suriah.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kamis (10/2), mengungkapkan TNI Angkatan udara akan memberikan dukungan dua pesawat, yaitu Boeing dan Hercules. Dia menambahkan untuk tahap awal akan ada tim perintis dari Badan SAR Nasional atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Ke depannya, apabila nanti tim yang ke sana (menyampaikan) apa yang dibutuhkan, baru nanti kita kiri berikutnya, tim tenaga kesehatan, mungkin tim Zeni, atau tim anjing pelacak yang untuk mencari korban,” tutur Yudo.
Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo terjadi Senin lalu di dekat Kota Gaziantep dan berdampak di sepuluh provinsi, yakni Kahramanmaras, Adana, Adiyaman, Osmaniye, Hatay, Kilis, dan Malatya di selatan Turki, serta Sanliurfa, Diyarbakir, dan Gaziantep di tenggara negara itu.
Korban tewas akibat gempa juga dilaporkan di enam provinsi di Suriah, yaitu Latakia, Aleppo, Homs, Hama, Tartus, dan Idlib.
Hingga kabar ini dilansir, menurut AFAD, korban tewas di Turki bertambah menjadi 18.991 orang dan sedikitnya 72.879 lainnya cedera. Sementara di Suriah, lebih dari 3.868 orang tewas dan paling tidak 5.297 lainnya cedera. (VOA INDONESIA)