Pengalaman Kurang Mengenakkan Di Bali Membuat Perempuan Ini Menggelar ‘Fat Camp’

Devon Kitzo-Creed (paling kiri), Amanda Wilkinson, Annette Richmond, Anna Swoboda dan Nikki Olds saat liburan pertama bersama "Fat Camp" pertama ke Inggris.(ABC News: Riley Stuart)
Newestindonesia.com, Saat liburan sendirian ke Bali di tahun 2018, Annette Richmond, merasa dipermalukan ketika mencoba ayunan di puncak gunung yang populer.
Tadinya ia ingin mengambil beberapa foto saat berada di ayunan, dengan pemandangan menakjubkan saat melayang di atas tebing dan hutan.
“Bukannya ayunan tersebut tidak dapat menahan berat badan saya, tapi tali pengaman yang dipasang pada ayunan tersebut tidak cukup besar untuk perut saya,” katanya.
“Padahal solusinya sangat mudah. Yang perlu dilakukan hanyalah membeli harness yang lebih besar, namun mereka tidak melakukannya karena merasa enggak perlu ada beberapa ukuran.”
“Setelah saya bisa menerima diri sendiri, saya jadi tahu kalau masalahnya bukan pada tubuh saya, tapi ayunannya.”
“Saya mengunggah ke grup Facebook “Fat Girls Traveling” minta saran agar ayunan Bali bisa lebih mengakomodasi, dan tahun berikutnya saya menggelar liburan ke Bali untuk orang gemuk.”
“Itu hanya salah satu contoh mengapa komunitas ini dibutuhkan.”
Anette adalah pendiri kegiatan “Fat Camp” yang ditujukan bagi para perempuan penggemar jalan-jalan dan liburan dengan berat badan berlebih.
Devon Kitzo-Creed merasa terharu ketika ditanya saran apa yang akan ia berikan kepada dirinya jika ia kembali ke usia 12 tahun.
“Saya cuma ingin bilang kamu cantik dan kamu harus percaya diri,” katanya.
“Jangan terpaku pada ukuran tubuh dan tren yang diikuti oleh semua gadis kurus. Jujurlah pada diri sendiri.”
Tidak sedikit yang menentang “Fat Camp”, namanya sendiri saja, misalnya, bisa membuat beberapa orang jadi bertanya-tanya
“Organisasi ini bertujuan untuk membebaskan punya tubuh besar dan mencoba meminimalisir stigma yang terkait dengan kata gemuk,” jelas Annette.
“Kami ingin mengklaim kembali kata-kata yang digunakan untuk menyiksa, melecehkan, dan merendahkan kami.”
Tujuan dibentuknya grup tersebut sesungguhnya untuk bersenang-senang, selain ada sisi seriusnya juga.
“Sebagai orang gemuk, saya sering jalan-jalan dan mendapat pengalaman yang saya rasa bisa dihindari,” kata Annette.
“Saya membentuk komunitas ini untuk mengumpulkan orang-orang berukuran besar untuk bisa merasakan rasa persahabatan, di mana kita saling mengerti pengalaman hidup masing-masing.”
“Mereka tahu bagaimana rasanya dikucilkan karena masyarakat menganggap tubuh kita tidak bisa diterima. Ada sesuatu yang istimewa tentang hal itu.”
Annette, sekarang berusia 38, memulai komunitas online bernama “Fat Girls Traveling” pada tahun 2017 yang juga sebagai tempat berbagi informasi tentang liburan murah.
Enam tahun kemudian, tur bagi peserta berukuran besar semakin banyak, dengan beberapa operator kini menawarkan paket serupa.
‘Diskriminasi bisa dihindari’
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016, sekitar 39 persen orang berusia di atas 18 tahun dianggap kelebihan berat badan secara global.
Namun, WHO mengkategorikan berat badan berdasarkan indeks massa tubuh, sebuah metrik yang menurut beberapa pakar kesehatan global memiliki kelemahan dan tidak seharusnya menjadi satu-satunya indikator kesehatan seseorang.
Profesor Leah Brennan, dari La Trobe University, adalah pakar terkemuka dalam stigma berat badan.
Psikolog akademis dan klinis ini mengatakan meski sebagian besar masyarakat dianggap kelebihan berat badan, stereotipe kalau orang gemuk “malas, kurang termotivasi, dan tidak pandai” sudah tumbuh sejak usia dini.
“Ada penelitian yang menunjukkan bahkan sejak taman kanak-kanak pun orang-orang mengaitkan kegemukan dengan hal yang negatif,” katanya.
“Sayangnya, ini tampaknya menjadi salah satu jenis diskriminasi yang paling tidak bisa dihindari.”
“Hal ini sebagian besar karena masyarakat masih memegang keyakinan kalau berat badan adalah tanggung jawab individu dan mereka menjadi gemuk karena kesalahannya sendiri.”
Profesor Brennan mengatakan, bagi sebagian orang, “kemampuan seseorang untuk bisa mengatur berat badan secara berkelanjutan sangatlah terbatas”.
Beberapa kelompok yang masih mengalami stigmatisasi, seperti penyandang disabilitas, atau mereka yang berasal dari latar belakang ras tertentu, mungkin bisa “berkumpul bersama” dan saling mendukung.
Tapi menurut Profesor Brennan mengatakan orang-orang yang berbadan gemuk mengalami hal berbeda.
“Salah satu teori yang ada adalah kebanyakan orang tidak merasa akan gemuk selamanya, mereka merasa bisa menurunkan berat badan dan keluar dari kelompok tersebut,” kata Profesor Brennan.
“Jadi mereka tidak ingin untuk terikat dengan kelompok itu.”
Karena alasan itulah Anette menggelar kegiatan “Fat Camp” yang lebih mengedepankan hal-hal yang positif bagi mereka yang merasa gemuk. (ABC)