Siapa Saja Yang Sudah Datang ke KTT ASEAN Dan Apa yang Dibicarakan Sejauh Ini?

Menurut Kemenlu RI ada perwakilan dari 22 negara yang menghadiri KTT ASEAN ke-43 di Jakarta, termasuk dari Timor Leste yang baru saja bergabung.(Foto: Antara Foto, Prasetia Fauzan)
Newestindonesia.com, Para pemimpin negara-negara Asia Tenggara menggelar konferensi tingkat tinggi di Jakarta, yang tahun ini Indonesia juga menjadi Chairmanship ASEAN.
ASEAN sedang menghadapi sejumlah masalah yang masih belum ditemukan solusinya, mulai dari konflik perang sipil di Myanmar, sengketa di Laut China Selatan yang masih berlanjut, serta persaingan antara Amerika Serikat dan China termasuk pengaruhnya di kawasan.
KTT ASEAN ke-43 sudah digelar sejak Selasa kemarin hingga Kamis besok dan inilah yang sudah terjadi sejauh ini.
Siapa saja yang datang?
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ada perwakilan dari 22 negara yang hadir, termasuk 11 negara perwakilan ASEAN yang juga dihadiri Timor Leste sebagai anggota baru.
Tapi acara ini juga memberikan kesempatan kepada Amerika Serikat, China, Australia, Korea Selatan, Jepang, Kanada dan Rusia, Selandia Baru, Bangladesh dan Cooks Island sebagai mitra, untuk ikut hadir membicarakan masalah di kawasan yang juga menjadi isu global, seperti perubahan iklim serta masalah keamanan.
Rabu ini, Presiden Joko Widodo membuka pertemuan ASEAN-China Summit yang dihadiri Perdana Menteri China Li Qiang.
Presiden Jokowi mengatakan “trust dan kerja sama kongkrit” antara Indonesia dan China menjadi sebuah “positive force” bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan.
Selasa kemarin, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris juga tiba di Indonesia, setelah beberapa bulan sebelumnya pihak Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden tidak akan hadir.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrovjuga hadir Rabu siang ini.
Pengakuan untuk Indonesia
Perdana Menteri Australia juga terbang ke Jakarta untuk mengikuti KTT ASEAN, sebelum berangkat ke Filipina, kemudian ke India untuk datang ke KTT G20.
Kenapa Australia ikut datang? Jawaban singkatnya adalah karena Asia Tenggara menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Australia setelah China dan berada di depan Amerika Serikat dan India.
Tapi Australia mengakui jika perdagangan negaranya dengan beberapa negara anggota ASEAN sempat terhenti dalam beberapa tahun terakhir, padahal perekonomian regional sedang berkembang pesat.
PM Anthony Albanese berjanji memberikan dana hingga AU$100 juta untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi Australia dengan Asia Tenggara, karena mereka berupaya untuk mengurangi ketergantungan ekonominya pada China.
Dalam sesi Question Time, ia menjelaskan Asia Tenggara jadi “pusat aktivitas dan bisnis global” dan penting bagi Australia untuk meningkatkan hubungan komersial dan investasi di kawasan tersebut.
“Kita memiliki Indonesia, salah satu negara demokrasi dan ekonomi terbesar di dunia, yang berada tepat di depan pintu kita,” katanya.
“Tapi kenyataannya, hal ini tidak terjadi pada mitra dagang utama kita. Kita perlu melakukan yang lebih baik.”
Pemerintah Australia juga menjanjikan hampir AU$20 juta untuk mendirikan “Business Exchange” untuk membantu para pemilik bisnis Australia memasuki pasar di Asia Tenggara, serta “mempromosikan peluang-peluang” yang ada di Asia Tenggara, dengan tambahan AU$5 juta dolar untuk mendirikan program magang bagi kalangan profesional muda.
Gimana pembahasan soal Myanmar sejauh ini?
Para pemimpin ASEAN sudah berulang kali mengecam keras konflik yang terus terjadi di Myanmar, termasuk mengutuk perebutan kekuasaan oleh militer yang menyebabkan kekerasan berdarah lewat kudeta dua tahun lalu.
Pihak militer Myanmar juga dianggap gagal menerapkan konsensus lima poin untuk mengakhiri konflik, yang sudah disepakati dengan ASEAN beberapa bulan setelah kudeta.
Di Jakarta, para pemimpin ASEAN menuntut agar militer Myanmar dan pihak terkait untuk mengurangi kekerasan, menghentikan penyerangan terhadap warga sipil, rumah, serta fasilitas umum,” demikian pernyataan dari para pemimpin ASEAN.
Hari ini juga, dalam pernyataan yang diterbitkan di media yang dikelola pemerintah Myanmar, yakni Global New Light of Myanmar, kementerian luar negeri Myanmar menolak pernyataan ASEAN karena menurut mereka “pandangan ini tidak objektif dan keputusannya bias dan sepihak.”
Pihak militer Myanmar juga mengatakan meski mereka sudah diajak berkonsultasi, tapi “pandangan dan suara” mereka belum diperhitungkan.
Sebenarnya jadwal Myanmar memimpin atau menjadi Chairmanship ASEAN di tahun 2026, tapi pemimpin ASEAN sepakat kalau Filipina yang akan mengambil alih peran tersebut. (ABC)
Laporan tambahan Tom Lowrey dan Stephen Dziedzic